Showing posts with label Cerita Dewasa. Show all posts
Showing posts with label Cerita Dewasa. Show all posts

Tuesday, January 10, 2012

Mirna dan Adiknya Rere



 

Waktu itu sudah malam, sekitar pukul 9. Saya dan Mirna baru saja menyelesaikan babak ketiga pertandingan antar jenis kelamin kami yang sudah sekian kali kami lakukan. Kami ada di rumah Mirna, suami Mirna, Andre, sedang tidak berada di rumah, dia pergi tugas luar kota lagi. Sementara istri saya ada di rumah, saya punya banyak alasan kalau dia bertanya macam-macam.

"Mas Vito, aku kok kayaknya nggak pernah bosen ya 'ngewe' sama kamu.." kata Mirna.
"Lha, memangnya kalo sama Andre, bosen..? Kan dia suamimu," jawab saya agak gr.
"Bukannya gitu. Kalo sama Mas Andre gayanya itu-itu saja, dan lagi kontolnya Mas Andre kan nggak sebesar punya Mas Vito," jawab Mirna jujur sambil mengurut batang kemaluan saya yang kembali mengeras.
"Ndak boleh gitu lho Mir. Andre itu kan suamimu, dia baik lagi. Tapi, masa bodo lah, yang penting memek istrinya enak banget. Ya sudah 'ngentot' lagi yuk, mana toketmu, sini, aku mau 'nenen'..!"

Ketika kami mau mulai babak keempat, Vina, anak Mirna yang jadi sering melihat maminya di 'acak-acak', masuk ke kamar.
"Mi, masih main kuda-kudaan ya..? " tanyanya polos.
"Iya, baru mau main lagi, kenapa Vin..? kata Mirna.
"Vina mau bobo, tapi Vina takut, temenin Vina ya Mi, Om Vito main kuda-kudaanya di kamar Vina aja ya..!" pintanya penuh harap.
Ya sudah, akhirnya saya dan Mirna pindah arena ke kamarnya Vina. Sambil masih bertelanjang bulat, kami berusaha menina-bobokan Vina yang katanya tidak kangen sama papinya, dia malah menganggap saya papi kandungnya.

Baru sekitar 10 menit si Vina tertidur dan 3 menit si Mirna menghisap batang kemaluan saya, telephone di kamar Mirna berdering.
"Mas, aku ngangkat telephone dulu ya, kali aja dari Mas Andre." kata Mirna.
"Ya, jangan lama-lama.." jawab saya.

Setelah hampir 5 menit, Mirna balik lagi ke kamar dengan wajah bingung.
"Mas, adikku mau kesini. Dia sudah ada di depan komplek. Gimana nih..?" kata Mirna.
"Siapa..? Si Rere..? Dia bareng suaminya nggak..?" tanya saya berusaha tidak panik.
"Nggak sih, kan dia lagi pisah ranjang sama Gery. Sudah 4 bulan ini." jawab Mirna.
"Ya sudah, kalo dia kesini, ndak apa-apa. Bilang aja aku lagi nemenin kalian. Apa susahnya sih?"

Tidak lama kemudian Rere datang. Dia adalah wanita cantik berusia sekitar 25 tahun, dengan ukuran dada sekitar 34B (hampir sama dengan kakaknya), kulit putih bersih dan hidung yang bangir. Malam itu dia mengenakan 'Tank Top' warna biru ditutup dengan Cardigan hitam dan celana Capri (ketat, sedengkul) warna putih.

"Malam Mbak, Eh.., ada siapa nih..?" kata Rere.
"Ini Mas Vito, tetanggaku. Dia datang kesini mau nemuin Mas Andre, tapi nggak ketemu." Mirna menjawab.
"O iya, kenalin Mas, ini adikku, Rere. Re, ini namanya Mas Vito."
"Rere," katanya sambil bersalaman dengan saya.
"Vito," jawab saya.
"Kamu kenapa kesini..?" kata Mirna, "Tumben-tumbenan, mana malem-malem lagi. Kamu nggak takut apa? Daerah sini rawan pemerkosaan lho..!"

Si Rere menjawab sambil melepas Cardigan-nya dan memamerkan keindahan buah dadanya, yang dapat membuat laki-laki sesak nafas itu, katanya, "Ngapain takut, kalo diperkosa malah seneng. Aku sudah hampir 5 bulan lho Mbak, nggak 'gituan'..!"
"Kamu ini kalo ngomong sembarangan," kata Mirna sambil melirikku, "Kasian Mas Vito tuh, lagi tanggung, nanti dia ngocok disini lagi."
"Tanggung..? Emangnya kalian lagi ngapain..? Wah, macem-macem nih kayaknya..!" tanya Rere penasaran.
Si Mirna menjawab, "Kenapa emangnya..? Mau ikut nimbrung..? Suntikannya Mas Vito besar lho..!"

Saya dari tadi hanya diam dan tersenyum mendengar 'adik' saya dibicarakan dua wanita cantik.
Lalu saya angkat bicara, "Kamu ini ngomong apa sih Mir..? Emangnya kamu sudah pernah liat burungku apa..?" kata saya menggoda.
"Iya nih, Mbak Mirna. Emang udah pernah liat..?" kata Rere.
"Wah, jangan macam-macam deh Mas, mendingan kita lanjutin pertandingan tadi. Kamu mau ikutan nggak Re..?" ajak Mirna sambil kembali melepas dasternya dan melucuti celana pendek saya.
Melihat hal ini, Rere memekik pelan, "Wah, itu kontol..? Gede banget, boleh nyobain ya Mas..?"
"Ya sudah, kamu hisap-hisap ya Re..!" kata saya, "Nah, Mir kesinikan memekmu biar kujilatin..!"

Lalu kami bertiga bermain dengan riang gembira. Saya duduk di sofa, sementara Rere jongkok dan sibuk dengan batang kemaluan saya. Mirna berdiri menghadap saya sambil mengarahkan kepala saya ke liang vaginanya dan menjilatinya sampai kelojotan. Saya tidak sadar waktu Mirna agak bergeser, ternyata Rere sudah tidak mengenakan apa-apa lagi, polos, telanjang bulat dan berusaha menjepit penis saya dengan kedua buah dadanya yang ternyata memang besar dan membuat gerakan naik turun.
"Ya, terus Re, enak banget..!" kata saya, sementara Mirna sudah duduk di sebelah kiri saya sambil mengulum bibir saya.
"Mas Vito, aku mau masukin ke memek ya..!" pinta Rere penuh harap.

Ketika melihat dan mengamati kemaluan Rere, saya agak kaget. Selain botak, vagina Rere juga masih terlihat sempit. Dalam hati saya berpikir, ini kakak beradik punya kemaluan kok ya sama. Lalu Rere membelakangi saya dan memasukkan batang kemaluan saya ke dalam vaginanya yang sempit itu dengan perlahan-lahan. Mirna yang juga sedikit terengah-engah memasukkan jari saya ke dalam liang kemaluannya yang mulai basah.

Rere benar-benar memperlakukan batang kemaluan saya dengan baik. Gerakan maju mundurnya sangat hebat dan terkadang dikombinasi dengan gerakan berputar. Menyikapi hal ini, saya lalu mengangkat badan Rere dan saya balikkan, hingga kami beradu pandang, dengan posisi penis saya tetap di dalam vaginanya yang keset-keset basah. Rere ternyata sangat ahli dengan posisi duduk, dia terus naik turun berusaha mengimbangi hujaman-hujaman penis saya yang makin lama makin dalam menembus pertahanan liang vaginanya.

Setelah hampir 10 menit, Rere berkata, "Mas aku keluar..!"
Tapi herannya dia masih saja menggoyang pantatnya. Sementara itu, Mirna ada di belakang Rere sambil memeluk dan meremas buah dada Rere.

3 menit kemudian, giliran saya yang bilang, "Re, aku mau keluar nih, di dalam apa di luar..?"
"Di luar saja Mas, aku mau minum pejunya," jawab Rere semangat.
"Re, cepat lepas..!" kata saya sambil mengocok batang kemaluan saya dengan cepat dan mengarahkannya ke mulut Rere yang sekarang sudah jongkok di bawah saya.
Ternyata benar, mulut Rere tidak hanya menampung sperma saya yang banyak, tapi juga benar-benar berkumur dan menelannya.

Melihat hal itu, Mirna yang vaginanya tidak aktif, langsung mendekati batang kemaluan saya dan mengulumnya lagi.
Saya yang sudah banjir keringat langsung berkata kepada Mirna, "Mir, yang bersih ya, saya istirahat dulu sebentar."
Sambil Mirna terus disibukkan dengan pekerjaannya, saya menyuruh Rere mendekat dan langsung mengulum bibirnya yang tipis dan beraroma sperma.

Tidak lama kemudian, batang kemaluan saya mulai menegang lagi. Mengetahui perbuatannya berhasil, Mirna dengan tindakan super cepat menarik saya ke lantai dan menyuruh saya telentang. Mirna dengan cepat juga langsung menduduki penis saya dan menjepitnya dengan kemaluannya. Dengan posisi seperti itu, tangan saya diberi kesempatan untuk meremas payudara Mirna dan memainkan putingnya yang agak kecoklatan.

Setelah hampir 10 menit mengerjai batang kemaluan saya, gerakan Mirna mulai agak mengendur. Saya tahu, dia sudah orgasme. Melihat hal ini, saya membalikkan badan Mirna, dan sekarang dia yang telentang. Kedua kaki Mirna yang putih itu saya buka lebar-lebar sambil menusuk vaginanya dengan gerakan yang amat cepat dan teratur. Erangan dan desahan Mirna sudah tidak saya dengarkan sama sekali.

Sekitar 3 menit kemudian, saya sudah tidak dapat menahankannya lagi. Dengan posisi penis masih di dalam vagina Mirna, saya menyemprotkan cairan sperma saya untuk yang kedua kalinya malam ini. Liang senggama Mirna yang saya perhatikan beberapa hari ini sudah agak melebar, tidak kuat menampung cairan sperma saya yang kental dan banyak. Melihat hal itu, Rere langsung menjilati vagina kakaknya berusaha mendapatkan air mani lagi sambil tangannya mengocok penis saya.

Vina yang sudah tidur rupanya terbangun karena berisik.
"Mami, aku nggak bisa tidur, itu ada siapa..?"
"Eh Vina, ini Tante Rere. Kok kamu nggak tidur..?" tanya Rere sambil menyuruh Vina mendekat.
"Nggak bisa tidur Tante. Mami kenapa..? Kok kakinya terbuka, Mami sakit lagi ya..?" tanya Vina polos.
"Mami nggak sakit. Justru Mami malah sehat, kan Mami habis Om suntik, nanti sebentar lagi juga bangun." jelas saya.

"Kok Tante Rere telanjang juga? Habis disuntik juga ya sama Om Vito?"
"Iya, soalnya Tante lagi sakit memeknya jadi disuntik." kata Rere sambil mengelus vaginanya sendiri.
"Memek apa sih Tan..?" tanya Vina.
Sambil membersihkan kemaluan Mirna, saya berkata ke Vina, "Ini yang namanya memek Vin. Ini gunanya buat masukin jarum suntiknya Om Vito."
"Vina juga punya Om." kata Vina sambil menyingkap rok tidurnya.
"Iya, tapi punya Vina belom boleh disuntik. Nanti kalo sudah besar, boleh deh..!" kata Rere sambil tersenyum.

Selama seminggu Rere menginap di rumah Mirna, kami bertiga hampir tiap malam mengadakan acara begituan bersama. Vina yang selalu melihat aksi kami selalu tertawa kalau saya menyemprotkan sperma ke mulut mami dan tantenya.
"Ha.., ha.., ha.., Mami sama Tante Rere dipipisi Om Vito." katanya lucu.
Pernah sekali waktu, ketika istri saya sedang pergi, Rere main ke rumah dan minta disenggamai di lubang pantat. Karena menarik, saya lakukan saja dan ternyata itu enak sekali, seperti menjebol kemaluan perawan.

Sekali waktu, pernah juga salah seorang teman kantor saya main ke rumah ketika dua kakak beradik itu kebetulan sedang ada di rumah saya. Karena tertarik dengan Mirna, teman saya itu mengajak Mirna main di atas meja makan saya. Saya dan Rere hanya diam dan tertawa melihat teman saya menghajar kemaluan Mirna sampai Mirna mengalami multi orgasme.

" TAMAT "
»»  Baca Selengkapnya...

Tuesday, January 03, 2012

Tante Ani Teman Ibu

           

          
Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.


Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.


Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.


Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini.


Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.


Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.


“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”


Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius.


Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.


Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.
“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.
“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.


Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.


“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”


Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati.


Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.


“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.
“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.


Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.


Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.


Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.


“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.


Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.


“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.
“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.”


Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.


“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.


Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.


“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.


Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.


Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian.


“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.


Aku merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat.


Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya.


Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.


Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Ani.


“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.


Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.


“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.
“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.


Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.


“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.
Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.
“Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela.


Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.


“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.


“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.


“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.


“Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.
Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.


“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
Tanpa disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.


Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Ani.


“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.


Tante Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.


“Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’.
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu.


Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.


Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi.


Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.


Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Ani mencegahnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Ani.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani.
“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.


Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.


Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Ani.


Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang.


“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani.


Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.


“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.


Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.


“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu.


Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju.


Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.


“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.


Aku mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.


Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.


Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.


Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin.


“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah.


Aku tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.


“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya terengah-engah.


Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat ****** Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.


Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.


“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Aku coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit.


Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.


Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.


“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.


Puting tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani.


Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.


“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.


Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Ani.


“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Ani.


“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Ani.


Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.


Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.


“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.


“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.


Malam itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya.


Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.


Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).


Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.


Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.
»»  Baca Selengkapnya...

Sex Party Di Kolam Renang


 
Hari itu jumat 3 desember 2011, Aku pergi ke puncak bersama Keluarga. Namun bukan keluarga inti, hanya bersama Tante saya 3 orang yang cantik-cantik.Pukul 07.00 Saya sudah bangun dan bersiap-siap mandi dan membereskan barang bawaan yang akan dibawa. Tepat pukul jam 08.30 Tante Saya yang bernama Dina mengirim sms kepada Saya, "Crish Tante jemput jam 09.00 yaaa, jangan sampe telat". Saya pun membalasnya akan datang tepat waktu. Perlu Saya deskripsikan ketiga tante Saya ini. Yang pertama bernama Tante Dina dia berumur 36 tahun, tinggi badannya 170 (mantan Peragawati), Ukuran dadanya yang membuat Saya menelan ludah yaitu 36b dia sangat berpengalaman dalam urusan sex. Yang kedua namanya Tante Mira umurnya 39 tahun tinggi badannya 175, walaupun sudah agak tua, tapi dia masih seksi dengan ukuran dadanya yang masih kencang yaitu 34b. Yang terakhir Tante Lina yang termuda yaitu 34 tahun dengan tinggi 165 serta ukuran dada 36b. Khusus Tante Lina, Saya sudah sering bermain sex dengan dia sewaktu Tante Lina berkunjung kerumah Saya. Tante Lina adalah seorang wanita hypersex, karena dia bisa bermain berkali-kali.


Tepat Pukul jam 09.00, mobil Tante Dina sudah ada diujung gang, langsung saja Saya masuk dan duduk didepan, tepat samping tante Dina. Saat itu Saya hanya bisa terbengong melihat ke3 tante Saya itu. Tante Dina hanya menggunakan kaos ketat Mejiku dengan hot pants, saat itu Tante Dina memakai Bra berenda warna biru, kelihatan karan saking tipisnya baju Tante Dina. Tante Mira saat itu memakai baju gaun merah dengan potongan v necknya yang sexy. Tante Mira sepertinya tidak memakai bra. Untuk Tante Mira, dia kurang suka memakai bra, katanya tidak enak. Sementara Tante Lina lah pakaiannya yang menurut saya paling ekstrim. Dia memakai You can see Putih dan hotpants. Dibalik you can see putih itu Tante Lina memakai bra bikini hitam yang menggoda. Setelah basa-basi dengan cipika-cipiki, Saya hanya mengobrol dengan Tante Dina karna Tante Mira tertidur pulas, sementara Tante Lina merokok dengan Mildnya dan mendengarkan mp3nya dengan asik.


'Mama apa kabar Crish ??' tanya Tante Dina


'Baik Tan ' jawab Aku dengan malas


Selama 1 jam Aku tertidur dimobil, sementara Tante Dina yang menyetir mobil dengan hati-hati. Tepat jam 1 siang Kami sampai di villa yang berada dipuncak, cukup besar dengan 3 kamar plus kolam renangnya. Tante Dina, Lina, dan Mira langsung masuk kamar dan langsung berenang, sepertinya mereka sudah kepanasan dengan udara di Jakarta. Aku pun langsung menuju kolam renang melihat mereka yang sudah tercebur. Tante Dina memakai bikini warna ungu lengkap dengan G-Stringnya, Tante Mira memakai bikini berenda dengan warna hijau sementara Tante Lina menggunakan bikini Kuning lengkap dengan celana dalam satunnya. Aku yang sedang berjalan dipinggir kolam tiba-tiba didorong Tante Lina, Mereka ber 3 hanya tertawa ketika Aku tercebur ke kolam. Beberapa menit Kami berenag ria sampai Tante Mira, Tanteku yang tertua sudah tidak tahan nafsu menarik celana dalam ku hingga lepas. Aku pun naik kepinggir kolam renang agar Tante Mira lebih gampang melepaskan celana dalamku itu. Sesaat kucari kemana Tante Dina dan Tante Lina, ternyata mereka sedang asyik bercinta diruang tamu yang kulihat, Tante Dina tampak sedang menjilat vagina tante Lina. Perlu diketahui ke3 tante aku ini juga para lesbian. Aku pun kembali berkosentrasi dengan Tante Mira yang sudah menjilat kontol ku ini, Kontol ku ini cukup besar dengan panjang 19 cm diameter 4 cm. Tante Mira menjilat dengan lahap. Aku pun hanya mengerang dengan nikmat, setelah cukup lama, ku angkat saja Tante Mira keruang tamu untuk gabung dengan Tante Dina dan Lina. Segera ku buka bikini yang membungkus Tante Mira. Ku ciumi puting yang sudah tegak menantang, tiba-tiba aku pun disuruh tidur telentang oleh Tante Mira. Ternyata Tante Dina akan menghisap kontolku, sementara Tante Lina duduk dihadapan wajahku agar Aku menghisap memeknya. Tante Mira sendiri memutuskan untuk merokok dahulu. Ku hisapkan saja memek Tante Lina yang segar kehisap-hisap sampai Tante Lina mengerang. Setelah cukup lama, Aku memutuskan untuk mengentot Tante Dina terlebih dahulu. Dengan posisi doggie style, kutusukan penis ku, Tante Dina hanya bisa mengerang nikmat. Perlahan-lahan kumaju-mundurkan penis ku itu...bunyi plak-plak menghiasi ruangan tamu itu, Tante Dina hanya bisa mengerang nikmat. Kudengar juga desahan Tante Mira yang sedang menusuk-nusukan dildo gerigi ke memek tante lina. Tante Dina yang mengerang kuat akhirnya orgasme untuk pertama kali, Tante Dina pun terkulai lemas. Tante Mira yang sedang jongkok kutarik segera naik kepangkuan ku untuk ronde selanjutnya. Tante Mira pun mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil meremas-remas payudaranya. Tante Mira menarik Tante Lina untuk menghisap payudara tante Lina. Tante Mira dan Tante Lina saling mendesah nikmat. Bosan dengan posisi itu aku berganti posisi dengan women on top. Tante Mira pun mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil mencium bibir ku dengan penuh nafsu. Tante mira mengerang hebat menandakan orgasme yang pertamanya telah muncul. Bermain dengan Tante Mira adalah ronde terlama dengan memakan waktu 1 jam ! ! ! Tante Mira memang ahli soal ngentot. Aku masih menahan agar sperma ku jangan keluar, karna masih ada Tante Lina. Tante Lina yang selagi nungging, langsung saja kutusukan penis ku ini, kugoyangkan saja penisku sambil meremas payudara Tante Lina yang sangat ranum itu. Tidak lama kemudian Tante Lina pun orgasme, lalu kucabut saja penis ku tampak ketiga Tante ku berbaris untuk menyambut sperma ku yg lezat ini. Ku kocok-kocokan saja didepan wajah mereka, dan akhirnya crottt...cortt... 10x menyembur sperma ku, yang langsung kuarahkan pada ketiga wajah Tante ku itu. Mereka dengan rakus dan lahap berebut sperma ku itu. Mereka saling berciuman agar mendapat sperma ku itu, sungguh sangat hot. Tante Mira yang terakhir menjilati penisku sampai habis.


"THE END"
»»  Baca Selengkapnya...

Wednesday, December 28, 2011

Rejeki Mendadak di Asrama Wanita Universitas I****sia

Hai, nama gue Ardan. . Umur gue sekarang 34, Gue tinggal di suatu daerah di Jakarta selatan dan gue mau berbagi crita soal pengalaman seks gue waktu gue masih umur 20 tahunan nih, oke here we goo…

Ini cerita tentang pengalaman gue pas di asrama putri Universitas I*****sia (Ini juga kucing2an sama penjaga asrama ) sama cewe gue yg sekarang udah jadi istri gue, namanya Nami, sama temennya yg bernama Rosyi (Rossi). . Dan kebeneran gue dulu sering bolak balik depok – Jakarta buat ngapelin Nami. Nami dan Rossi umurnya dua tahun lebih muda dari gue, dan gue dikenalin sama cewe gue ke Rossi. Nami berpostur gak terlalu tinggi, badan and toketnya juga proporsi sama badannya (34b) and nafsunya jg tinggi banget, nah kalo Rossi ini nih yg bikin gue penasaran, rajin ibadah, kemana2 pake jilbab santun banget, islamik banget deh. Badannya sekel bohay, toketnya(34C) hampir sama kayak cewe gue cuma kalo dia bulet dan kenceng banget bro. Dan ukuran P gue sendiri juga standar kok (15-16cm).
Suatu hari gue ada plan mau ngapelin cewe gue pas weekend, kebeneran anak2 asrama udah pada libur jadi pada balik kampung, nah jadi kesempatan deh, Nami ngajak gue ke kamarnya dia di asrama putri buat nginep bangsa 3 harian. Nah yg bikin kaget, kita pikir asrama udah kosong bro, taunya si Rossi tadi belom pulang kampung, dan kata Nami juga dia gak keliatan keluar seharian tadi. (buat lebih lanjut gue tulis per karakternya aja).

Nami (N) : beb, aku lagi kepengen deh, .
Ardan (A/gue): Kepengen apa sayang? ML? hihihi, di asrama loh, mana boleh..
N : Ahhh.. udah gapapa, aku udah gatel dari tadi pengen kamu genjotin tau huhf..
A: Omg.. hahaha , oke oke . tapi aman ga nih sayang?
N: Amaaaannnnn suer , kan udah pada balik sayang.
A: oke.. yuk ke kasur beb,. *sambil ngeremes toket nya
N : Auuh.. sayanggg. Udah tau aku udah on gini malah bandel . cepet pliss.
A: Iya iya bawelll.. heheheh., *sekejap langsung gue telanjangin doi saking ikut nafsunya
Langsung gue remes remes toket doi n jilat2 puting coklatnya.
A: aemmhh,., beby.. aku mau nyusu boleh ya?
N: Iya sayang nihh langsung aja isepin sepuas kamuhh ..*nyodorin
Liat dia udah ngasih lampu hijau langsung gue isep2 ganas sampe dia nggelinjang2 keenakan.. - 
N: usshhhhh beby enak bangettt.. uhhhhkk yesss kamu pinter banget nyusunya.. auhhkk remesin yg kanan beby .. Aku mau kontolmu sayang,, biar aku sepongin sinihh,,,
Tanpa babibu dan gue juga masih asik nenen sama doi dia langsung lucutin celana gue ampe tanpa sehelai benangpun
N: wow honey.. udah panjang gini sih hihihi,, baru juga nenenin aku..*ngocok2 pelan
A: ahhh good beby… keep it like it…kocokin ampe max yah sayang…
Tiba2 doi langsung nypongin ****** gue dalem2.. dia jilat trus dari ujung ampe pangkal . nikmat banget.
A: Omaigaatt! Beby!! Ahhhhhsss… kamu nafsu banget sih ngisepnya .. uhhh…..
N: Sorry beby aku udah gak tahaann.. *ngocok2 tambah cepet
A: ah ah ah… no beby stoppp itttttt… please…. I cant hold itttt – Sebisa mungkin masih gue tahan2.
…… Tiba2 pas lagi hot hotnya di dalem kamar.. Ternyata ada sepasang mata yg ngintipin kita dari tadi sambil ngrangsang sendiri.. Rossi..
Rossi (R): mmm…. Nami…
Seketika itu juga cewe gue kaget setengah mati.
N : ROSSI!!! Ngg…. Ng.. kok kamu d..di.disini??? aku pkir kamu,… kamu pulang k.kkampung ??
R: Ngg… masih 2 hari lagi nam, kebeneran tadi baru mau cuci piring di belakang, tapi pas lewat kamarmu kok denger suara ndesah2 gitu. Dengan nada masih tergagap dia bengong liatin ****** gue yg hampir maksimum.
N: Mm… duhh.. rossi… kenapa gak ke kamarku dari tadi?? Duhhh,,, kamu denger kita dari awal?? Ngintipin kita juga??...
R : mmm. Iya nam… semuanya.. kayaknya kamu enak banget deh …
N: heheheh… sorii ross, aku emang bandel,.,, nafsuku tinggi banget sampe berani kayak gini..please jangan kasih tau ke kepala asrama or anybody yahhh?? Pleaseeee??
R : Tenang aja nam,,, rahasia aman kok.. tapi aku boleh liatin kamu di sini kan??
N: mmmh.. boleh deh.. mau gabung juga boleh heheheh…
A: Iya gabung aja Ross.. * nada ngarep.
R: mmmh aku nonton dulu aja deh hehehehe….* padahal dalem hatinya dia juga udah horny liatin ****** gue .
N: hehehe.. oke deh.,.. yuk sayang lanjutin.. wahwah kontolmu masih tegak berdiri nih.. hihihi.
Kembali si Nami ngocok2 ****** gue ampe bener2 maksimum, gue sendiri udah panas dingin rasanya nahan rangsangan .. doi pinter banget nyepongin nya..
A: ssshh.. ya ampun beby…. Kalo gini caranya aku muncrat duluan deh.. tapiii aku beneran keenakan honey *sambil remes2 toket Nami yg keliatan makin ngembang aja dari tadi
N: Sllllrppp.. ssspphhh… how is it like baby?? Sssshhhppp sluurppp emhhhh…… *goyang2in ****** – beb… udah keras banget nihhh … entotan aja yuk pliss… doggy in aku ya ..
A: ahhh…shhhsh.. bentar lagi sayang … isepin yg dalem plis sambil jilatin ujungnya…. U’re so hot,,,
…. Rossi gak bisa nahan gejolak rangsangan yg ada di depan matanya… walhasil dia pun malah ngeremes2 toket dia sendiri . Mmmmh,,, uuhhh,…yessshh … mmhh.. mhh,
N; hihihi liat tuh beb,, Rossi malah horni… sini lah ikutan aja ross, nih kerjain ****** pacarku. Kamu kan alim banget sama beginian.
R: errhh,,, aku ga tahan nam,, ****** cowokmu gede banget, aku jadi…. Mmhh,.. jadi … kepengen…
N: kepengen apa?? Hihihi
R: Ya… mmhh…duhh,, anu… ya itu,,,, di….
A: Sini Rossi sayang… sini sama aku ..*dengan senyum mengembang – dia pun tersipu2 melihatku –
R: mmm,,hh sori ya dann,, aku.. bener2 gak tahan liat …itu mu.,,mhh. gede banget…
A; Iya ngerti kok… sinih pegang ajah .. do ur best ross, beby.. ijin dipinjem rossi dulu ya??
N: I see babby,,,, sok atuh,,,sini rossi .. mumpung masih tegak
… Dengan malu2 rossi pun beranjak dari kursi dan mendekat kearah ku di tempat tidur. Dia pun tersenyum malu2 melihatku.
A: Kiss me rossi saayangg…
R: mhh,,, come here sayang… 
- Dan kami pun berciuman dan bergumul dengan panas nya.. Nami pun tak tinggal diam melihat kami.. dia merangsang puting susu nya yg sedari tadi sudahmencuat tegang ku jilati.
R: mmmssshhh… dannhh,, muaaachhh emhssh…,, aku mau pegang kontolmu sayang ,,, - tanpa sadar omongannya pun mula vulgar.
A: U have it baby… come on… suck it.. aku buka bajumu boleh… - Dalem hati aku bergairah dan senang sekali.. akhirnya aku bisa melihat rossi bugil di depan mataku bulat2.
R: bentar sayang… - Dia pun segera melucuti baju dan celananya sampai tak ada sehelai benangpun yg menempel, hanya tersisa jilbabnya saja..sunggu sensasi luar biasa menggauli perempuan alim yg telanjang bulat dengan hanya bersisa jilbab….- Mhh.. ahhh.. udah nih… touch my breast.. do you like it?
A: Woww.. gede banget si ross. Aku udah ser2an dari waktu aku liat kamu pertama kali. *sambil meraba lembut toket Rossi* ..uuuhhh.. kenyel banget ross.. putih lagi… kamu makan apa sih??? Hehehehe
R: Ahh kamu dan bisa aja.. makan nasi lahhh …nikmatin aja sayang, iya aku tau kamu juga suka curi2 pandang ke toket ku kan, mentang2 bagian yang paling mancung hehehe…
A: uuuhhh….. come hereee… - langsung aku lahap putting coklatnya yg rada besar menantang , aku jilat2 seluruh bagian susunya sampai dia melenguh keenakan dan menggerinjal-gerinjal.
R: uuurrhhhh… ya ampun … aku belom pernah diginiiinnhhh danhh,, ouuwhhh… enak bangetth sihh…, yessss honeyhh suckkk it…. Isep semampumu dannhh… aku pasrahh.. ssshhh ahhhhwsss
…. Kuremas remas ganas toket bulatnya sampai dia bener2 merem melek-
R: oooouuuuhh dannnnhh.. susuku kamu apainnnh sihh?? … goddd…. ..enakhh enakhh enakhhh – Rossi semakin melambung kegilaan –
N: uuuhhh.. udah sayangg.. hajar ajaah… udah banjir tuh memeknya,, hihihi… entot aja duluan sayang aku belakangan….
R: ahhhssshh kamu baik banget nam.. aku pinjem cowokmu yahhh… come on dannnhh fuck me please.. nowwwhh uhhhhssh
A: hihih dasar.. Sini kamu dibawah ..… kita misionarisan aja..biar kamu puas nikmatinnya
R: mmhhhh… terserah sayang… memekku gatel banget.. cepethhh..
.. Saking horny nya aku pun langsung memanaskan kontolku yg udah bener2 maksimum,,
A: isepin bentar sayang.. biar basahnya mantepp. – tanpa banyak berpikir rossi langsung melahap penuh2 batang ****** ku sampai pangkalnya, tak kusangka mulutnya bisa cukup mengulum kontolku sekaligus.
A: arrrrhhhhhhhhh gooddd… gila kamu rosss… BJ mu kok expert banget sihhh… mmmhhhsssh. Udah udah cukup.. tar aku malah muncrat lagi hehehehe..
.. Rossi pun langsung reflek membuka pahanya selebar mungkin , dan langsung kuhujam kan batang kontolku masuk kedalam vaginanya,nyaris tanpa halangan karena cairan vaginanya sudah membanjir, dan seketika itu juga selaput daranya robek, tapi anehnya dia tak merasakan sakit sedikitpun.
R: oooooooouuughhhhh ardanhh… aku… hhh….dimasukinnn…ooohh oohh.. danhh… kontolmuhhh… gdeehh.. bangethhhhh.. come on…. Keep fuckin me…. Genjot aku sayanghh.,,,,
A: As you wish honey….. – Langsung aku genjot perlahan …. Dan baru beberapa kali genjotan , Rossi sudah mendapatkan orgasme nya yg pertama.
R: auuuhhhssssh akuhhh keluar danhhh.,.. oohh ookkhh…
A: kok cepet banget ross?? …. Anget banget lagi…
R: Aku kan baru dientotin ama cowo kali danhh.. makanya cepet.. come on.. aku bisa berkali2 keluar nih kalo gini,,,.. lanjut aja danhhh.. ouuhh geli bangethh
Tiba2 nami nyolek aku…
N: sayang ,, jatahmu sama aku tar malem aja gimana?? Rossi kayaknya keenakan banget tuh.. aku tinggal belanja aja gimana??
A: *Dengan posisi masih terengah engah mengerjai Rossi aku menjawab, ouhghh,, gakhpapah yanggh?? Thanks banget loh yaa kalo emangg … uhh,, kamu gapapa….ahhhhkk
N: Iyyaaaa hehe gapapa kok… kita kan masih banyak ronde nanti malem ,. Lalu ia mengedipkan sebelah matanya ke arahku sambil memakai bajunya lagi.. dadah sayanggg, muaachhh
A: Muaaaachhh sayanggghhh.. atihh atih yahh,, mhhh,,
… Nami pun beranjak keluar tak lupa mengunci pintu kamar, dan aku pun melanjutkan “perangku” tanpa terganggu lagi.
R: uuuuhhhh.. Nami baik bangettt danhh.. kamu beruntungghhh banget punya pacar kayak gitu,,,,, uuhhhh danhhhhhh im cumming agaiinnhhhh aaaahhhhh..
A: Aduuhh banjir lagi deh dasar…. Aku aja masih setengah jalan lagi nih.,… *sambil meremas2 toket rossi yg bergoyang2 di depanku,, pemandangan menggiurkan yg tak bisa ku tahan,,
R: uuuushhhhh aku beneran keenakan danhhh.. sori bangethh.. mana kontolmu gede banget ginihh.. aku nya juga baru pertama kali di entot cowo…. Uuhhshhh
.. Langsung kupercepat maju mundur kontolku… dan kurasa aku pun juga hampir mencapai puncaknya.. Kontolku mulai kedut2.. Sungguh empotan memek Rossi yg benar2 sempit bikin nafsuku gak kunjung reda.
A: rossshh rossh.. Im cumming nih kayaknya,,,, keluarin dimanah?
R: Outside honeyhh.. aku lagi suburr.,, Di muka ku aja… .. everywhere dehh,,, uuhh uhhh uhhh …damnn!! Akuhhh.. akuhhh mau keluar lagiihhh.,, aahwh,..
A; bareng sayanghh,, Barenghh,,, uuh uuh uhhh uhh uh *Kuremas2 ganas kedua toketnya yg berguncang2 indah
R: Arrrrhhh I cant hold ittt… iiimm… cooomminghhh,,,, uuuuhhhh ahhhhhhh….aahhhhhh
A: Me toooohh sayanggghh,,, uuhh ahha ahhh * Langsung kucabut kontolku dan memasukkannya ke mulut Rossi yg sedang menganga lebar menikmati orgasme nya…- aahhhh ohhh ohh ohhhh ohhhh Rosshhhh…..
R: Heeghhh…*Dengan mulut tersumpal Rossi bilang, Shemgprogh enghh benyegh seyenghh (* yg banyak sayang)
..Ku*kan banyak2 lahar putihku kedalam mulutnya,, saking banyaknya sampai berceceran keluar, ia pun langsung tanggap menjilati sperma ku yg berceceran keluar mulutnya, sungguh tak kusangka dia expert walaupun reflek.
R: Mhhh sllprpp mhh…. asinnn danhh hihihi,,, tapi gpapa.. segerr… *Sambil masih menjilati kontolku yg mulai mengecil…- hihihi dedeknya ngecil, lutu dehh,
A: Huuu.. gimana do you like it??
R: I enjoy it so much honey,,, Mantep banget kontolmu,, boleh ga lain kali aku minta lagi?
A: mmm… boleh aja sih.. cuman tar aku ijin dulu dong sama Nami.
R: No problem,,, huufhhh lega banget ampe kalah 3 ronde aku heheheh.. Udah lega juga kan liat aku bugil gini??
A: udah sih tapi belom puas heheheh.. toket mu gede banget sih ross.. bisa2 aku ngaceng lagi kalo megang,,
R: hhhuuu kamu mah muji mulu,, ya ga tau emang gede dari sananya kok … aku aja kalo tidur ga pernah pake baju.. Cuma selimutan doing,,
A: hah? Masa…. Dasar kamu bandel ya ternyata….
R: hehehe.. gitu duehhh… Coba pegang susuku,, ngaceng lagi ga..
A: mm.. * Langsung kupegang dan seketika kontolku mulai memanjang lagi..
R: uwaww.. beneran ya ternyata hihihi… langsung segede inih * Dia meraba2 penisku yg mulai mengeras.
A: Kan aku bilang Ross. Kamu terlalu merangsang,, meski Nami juga, tapi kan aku hamper tiap hari liat dia bugil heheheh…gimana coba nih?? Tanggung jawab ahh,,,
R: hihihi.. Tanggung jwab?? Bolehh.. putaran kedua nih??? Betah banget kamu,,
A: ah berisik… sini kamuuu….
R: aaaahhh…ardanhh,,,,,

……. Dan pergumulan kami pun berlanjut hingga Nami pulang malamnya setelah belanja, .Sampai umurku 25 aku masih melanjutkan hubunganku dengan Rossi dengan sepengetahuan Nami. Sekian dulu ya brother pengalaman gue..
»»  Baca Selengkapnya...

Tuesday, December 27, 2011

Litha Anak Kemaren Sore

Peristiwa ini terjadi waktu gw kerja di salah satu advertising agency di awal tahun 2009. Ada AE baru namanya Litha, fresh graduate dari salah satu universitas swasta terkenal di jakarta.

Kebetulan gue yang saat itu baru aja dipromosiin jadi AE senior bertugas sebagai tandem dia untuk maintain relations dgn client2 yang lumayan gede.
singkat cerita, pada suatu malam gw diminta client gw untuk menemani ke salah satu club malam, dan boss gw buruh gw supaya si Litha ini diajak.

Di club tersebut, biasalah si Boss minta dikelilingi lady escort dan karena si boss ini udh lumayan dkt sama gw, ya gw "ditraktir" lap dance sama si boss itu. Sementara si Litha terlihat iri dan cuma bisa mesem2 dengan minumannya.

Nah, besoknya tiba2 di BBM grup beredar foto2 gw, dan ujung2nya smp ke tunangan gw, gak pake lama, hidup gw hancur seketika. Gw diputusin tunangan gw + diskors dari kantor, semua gara2 si AE baru sialan itu yg ga merasa bersalah setelah diam2 foto gw trus dishare di grup. Dia cuma bilang itu resiko hidup lo kan?!?

sejak itulah cerita balas dendam ini dimulai.

kurang lebih sebulan setelah kejadian itu, di hari jumat malam, si boss client ternyata tau cerita gw, dan mengundang gw untuk recovery party di rumahnya, tapi yg aneh, dia juga minta gw untuk ngajak si Litha.

Di pesta itu, si boss sepertinya sengaja untuk mencecoki Litha agar mabuk semabuk2nya. Gw pikir pasti mau dikerjain ni bocah sama si boss pervert. Ternyata Litha yang mabuk bersikap sangat di luar dugaan. Dimulai dari tarian eksotis di atas meja, menyiram si boss client dengan minuman, sampai merusak perabotan dan pajangan2 mahal di rumah si boss.
Sampai2 Litha harus minta pacarnya datang ke rumah si boss untuk jemput dia, dan hebatnya lagi, si cowo'nya itu pun marah2 n bikin onar, padahal dia gak tau kalo cewe'nya emang liar.

Senin pagi, gw mendapat paket dari si boss yang berisi uang cash sebanyak 10jt dan sekeping dvd, dengan tulisan: "semoga ini dapat sedikit mengobati"

Gw langsung setel dvd itu dan ternyata isinya adalah rekaman party pada jumat malam itu yang isinya sangat cukup untuk membuat Litha dipecat bahkan dipidanakan, dan cowo'nya yg sok jagoan itu juga.

Gw langsung copy dvd itu menjadi 10 keping, dan satu kepingnya gw kirim ke rumah Litha, dngan note : "Kalau lo ga mau ini tersebar, dayang ke hotel XX kamar 207 besok pagi jam 10.00! jangan lapor siapapun, atau siap2 lo n cowo'lo dijemput polisi! datang sendiri dan jangan terlambat!!

Besoknya, gw udh siap dari jam 10 kurang. gw gak kebayang jadi gini kejadiannya, secara fisik Litha emang sangat menarik, tinggi 167, muka cantik khas bandung. Bodynya memang gak luar biasa, langsing tapi toket n pantatnya bulet mentepp bgd, dan sekarang gw bisa aja melakukan apa yg gw mau ke dia.

10.20 bel kamar berbunyi, gue intip dulu, dan benar Litha sendirian, Aman.
Gw buka pintu, dan Litha memang tampak ga terlalu kaget melihat gw, dengan tetep angkuh dan sombong dia masuk ke kamar. gw tutup pintu dan mulai membentak: "kenapa telat lo..?!"

Litha : udh cpt aja, mau lo apa?pake acara sok2 meres gw?! lo gak tau cowo' gw jagoan hah..!! om bokap gw pejabat..!! lo mau duit berapa..!?!? sok2 misterius pake ktmu di hotel segala..!!
Gw : Bocah kampret!! sombong bgd lo! emang kalo cowo' lo jagoan, dia bisa nolong lo kalo lo gw bunuh sekarang!? emang kalo lo knal pejabat lo bawa duit brapa sekarang.?!!?

Litha sempet kaget begitu mendengar kata "bunuh", tapi dia cpt2 menutupi ketakutannya dgn langsung mengeluarkan uang dari tasnya
"ini 5 juta, cukup kan..??"

Gw: 5 juta itu taro aja di meja, duit segitu ga seberapa kalee..!?!?katanya keluarga pejabat..?!?!

Litha : lo mau apa mas?

"Mas Gun ini cuma mau ngajarin kamu sopan santun mbak", si boss yang udh nunggu dari tadi di kamar mandi, keluar sambil nenteng camcorder. "saya sudah angap Mas Gun ini seperti adik saya sendiri, makanya saya merencanakan semua ini", lanjut si boss lagi

Litha gemeteran, tapi masih mencoba menutupi rasa takutnya. "Ya udah, sekarang bapak mau apa..?"
"Bukan saya, lanjut si boss, "sekarang kamu turutin aja maunya si Mas Gun, saya mau lihat kamu bisa nurut ga"

"Sekarang lo buka baju lo" perintah gw datar
Litha tersentak kaget, mungkin ga nyangka gw bakal minta seperti ini

"Ayo, tunggu apa lagi?apa perlu gw yg nelanjangin lo..?" tanya gw kalem

Litha mulai membuka satu demi persatu kancingnya, sampai akhirnya terbukalah semua kemeja putihnya itu
"Celana lo juga lah"
Litha seperti ingin bersuara tapi tertahan, dia lalu mulai membuka retsleting celana jins-nya, dan otomatis sekarang Litha tinggal mengenakan Bra dan Cd aja di depan gw.
Litha sebenarnya adalah gadis cantik dengan tinggi skitar 165 dgn berat badan proporsional, tapi dengan tubuh selangsing itu, toketnya seperti gak proporsional, cup bra Litha pasti lebih dari ukuran C, atau setidaknya C. itupun masih terlihat penuh dan siap tumpah
Paras Litha cantik, khas gadis jawa barat. tapi kesan angkuh tetap terlihat
Dan sekarang, mata gw pun bisa menikmati pemandangan mulusnya body litha.

Gw mendekati Litha, menyuruh dia untuk rebahan, gw pun membuka pakaian gw dan hanya menyisakan cd gw.
lalu gw mulai menciumi sekujur tubuh Litha mulai dar kaki, paha selangkangan, pinggang, perut, dada, sampai ke leher. Tangan gw pun bergerilya meremas2 toket Litha dan mulai mengobel2 meki Litha dari luar cd

Tidak lama, hanya 5 menit gw berusaha, Litha pun sudah nampak terangsang, cdnya mulai lembab, nafasnya semakin memburu.
Gw mulai membuka bra Litha, melahat toketnya dan memainkan putingnya, Litha pun tak kuasa mnahan desahannya, tubuhnya semakin gemetaran.
Lalu gw pun mulai membuka cd litha dan menciumi mekinya, sedikit jilatan-jilatan lembut, membuat tubuh Litha mulai menggelinjang, dan desahannya semakin menjadi.

Seketika gw berhenti,
gw menjambak Litha untuk mendudukan dia sehingga kepalanya tepat di depan CD gw

"lo tau harus gmna kan..?" kata gw ke litha

Litha mulai membuka CD gw, lalu langsung menjilat2 biji dan ****** gw, manuver bibir dan lidahnya luar biasa, sampai2 setengah batang ****** gw bisa masuk ke mulutnya. 5 menit berlalu, keluarlah lahar hangat dari ****** gw di mulut Litha, ga lupa gw hiasin seluruh mukanya dengan sisa2 sperma
Litha terlihat mual, dengan lunglai di pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang penuh peluh dan sperma gw.
terdengar Litha terisak menangis di kamar mandi, dan gw merebahkan badan untuk istirahat sejenak sambil menunggu Litha keluar dari kamar mandi

cukup lama, skitar 10 menit, Litha keluar dari kamar mandi berbalut handuk, sambil menunduk Litha mulai memunguti bra, cd, kaema, an celananya. Saat hendak kemabali ke kamar mandi..

"Mau kemana lo..?"
Litha menoleh ke gw "Mau apa lagi..?udh cukup kan lo mempermalukan gw..?"
"Cukup..? kita bahkan belum mulai neng, sini .."

"Coba ulang lagi yg kaya' tadi.." perintah gw ke Litha
Litha menaruh tumpukan pakaiannya di meja, dan mulai memberikan BJ ke gue yang rebahan di kasur, gak pake lama, ****** gw pun langsung tegak kembali

Setelah nganceng dengan sempurna, gw menarik handuk Litha, dan otomatis dia bugil kembali di hadapan gw.
Gw merebahkan Litha, melebarkan kakinya dan mulai menikmati tubuhnya lagi, serangan rangsangan demi rangsangan gw berikan ke meki dan toket Litha, diiringi ciuman-ciuman di leher yang sampai akhirnya Litha pun dengan nafsunya membalas ciuman gw dibibirnya.
Sampai...
Gw merenggangkan paha Litha, dan mengarahkan ****** gw ke bibir meki Litha, tiba-tiba Litha berontak
"enggak mas, jangan..jangan yg itu, kalau cowo' gw tau gw bisa diputusin.."

"Trus kenapa?bukan urusan gw, katanya lo mau nurut sama gw"
"Gw udh ngasi virgin gw ke cowo' gw, dan dia janji mau nikahin gw tahun ini"

"Kalo gitu cowo'lo ga bakalan tau, gw pikir lo pinter, ternyata.."

Gw menggesek2an ujung ****** gw ke meki Litha smp dia bnr basah dan terangsang, dan memang ga terlalu sulit untuk menembus meki cewe' yg baru aja kehilangan keperawanannya.

Saat kepala ****** gw masuk, Litha menjerit, dia mulai menangis, memohon gw supaya berhenti
"mas udh mas, jangan..jangan dilanjutin lagi, gw minta maaf, gw salah sama lo"
Gw ga peduli, gw smakin menggoyang Litha dan mendorong masuk ****** gw sampai lebih setengah
"aaaaahh..mmmaaaass...ampun..a mpun mas, jangan dilanjutin..mmaaa.....aaahhh.. "
Kalimat Litha tak selesai saat gw mendorong masuk ****** gw sampe mentok di mekinya, gw menahan kedua tangan Litha yang mulai mendorong2 bandan gw, sambil mulai menggenjot badan Litha

Meki Litha memang masih peret, gw bnr2 menimati moment ini, gw lalu menarik Litha, sampai posisinya di atas badan gw, posisi setengah WOT, pergerakan pinggan gw yg naik turun membuat toket dita berguncang2 dgn indahnya, matanya semakin sembab.

Litha masih menangis sesegukan saat gw dorong badannya untuk berganti posisi doggy style, saat nungging seperti ini benar2 terlihat bagus pantat Litha, di posisi ini, gw memegang tangan Litha untuk memudahkan untuk pergerakan maju mundur, di sini Litha sudah tidak sanggup menahan kenikmatan dari yg gw lakukan.

Untuk kali ini, sperma gw emang lebih lama keluarnya, sampai akhirnya setelah kira2 hampir mencapai klimaks, gue membalikan posisi tubuh litha kembali ke awal, mencengkram erat toketnya, dan menggenjot mekinya sepenuh tenaga, Litha yang terangsang sampai tak kuasa menahan teriakannya, nafsu birahi gw benar2 gw tumpahkan ke Litha, Litha pun mendapatkan multi orgamse di sela2 tangisnya, sampai akhirnya gw pun ejakulasi dan menyemburkan sperma gw di dalam meki Litha..

Dengan lemas dan puas, gw merebahkan tubuh gw di atas badan Litha..
lalu berbaring di sampingnya, muka Litha memerah dihiasi dengan sisa2 air mata
Siang itu sampai malam hari, terhitung 5x gw menggagahi Litha, dan akhirnya skitar jam 9 malam, gw pun mengijinkan Litha untuk pulang.

2 hari kemudian, lagi2 gw menerima paket DVD+uang tunai sejumlah 5.000.000 dngan pesan : "Silahkan bersenang-senang saudaraku, cari hotel yang nyaman ya.."

Gw setel dvd yg baru gw terima dan isinya sesuai dugaan gw: video gw menggagahi Litha berkali-kali, dngan editan yang ciamik, gak sekalipun muka gw kesorot kamera.

berbekal dvd tersebut, gw kembali memeras Litha untuk memuaskan nafsu dan dendam gw sampai gw betul2 puas dan bosan dengan mekinya Litha, dalam waktu kurang dari 1 bulan, terhitung 6 kali gw mengundang Litha untuk bermalam di hotel mewah sambil melayani nafsu gw berkali-kali.

selang 1,5 bulan sejak kejadian pertama, terdengar kabar Litha resign dari kantor dengan alasan untuk menikah dan ikut pindah keluar kota dengan suaminya, dngr2 juga sih katanya si Litha MBA.
Jujur gw rada kaget dengernya, kehamilan Litha mungkin gara2 gw, karena gw selalu menyetubuhi Litha tanpa mengunakan kondom dan selalu mengeluarkan sperma gw di mekinya, atau kalo gak ya di mulut dan mukanya.
Jadi besar kemungkinan kalau bayi yg dikandung Litha itu adalah anak gw!! Tapi, Litha seperti menghilang ditelan bumi, teman2 di kantor pun tidak ada yg mengetahui bagaimana kabar Litha setelah resign, semua bagaikan begitu tiba2.

Tapi gw tau bgd, yakin kalau ini semua adalah gara2 gw, gara2 nafsu dan dendam gw.

SELESAI

Jika temen-temen menyukai Blog ini, tolong bantuannya ea dengan mendaftar di sini http://id.ipanelonline.com/register.html?inviter_id=947500 ajj. Mohon bantuannya ya buat temen-temen Sheila....
»»  Baca Selengkapnya...